SAREN, Sejarah Tanah Leluhur

Gambar Produk 1
Rp 83.000
Judul: SAREN, Sejarah Tanah Leluhur
Penulis: Rudiyanto
Ukuran buku:14x20 cm
Ketebalan: 179 halaman
Harga : 83.000

Blurb:
"Omahe pak carik yo diobong, tapi nggur kobong sithik (rumah pak carik juga dibakar, tapi hanya terbakar sedikit)".

"Mejid kulon yo diobong (masjid barat juga dibakar)", lanjut mbah Marto Dikromo.

Peristiwa "karang abang" itu terjadi pada hari Jum'at Kliwon. Sebelum aksi bumi hangus itu, Belanda sudah memberikan peringatan terlebih dahulu. Sehingga, malam sebelum kejadian, sebagian warga sudah pergi mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banyak warga mengungsi ke desa Kaloran, Gemolong.

Sepekan kemudian (Jum'at Pahing) Belanda kembali memporak porandakan dukuh Saren. Mereka menembaki warga sipil yang berada di luar rumah. Walau sebagian sudah mengungsi ke utara, namun ada sejumlah warga yang masih berada di lokasi dan berada di luar rumah atau terlambat mengungsi. Tragedi kemanusiaan itu, menurut kesaksian mbah haji Asmuni, menimbulkan korban sekitar 40 orang, dari Saren dan Salam. Terbanyak dari dukuh Salam dan Saren sebelah timur, karena pasukan Belanda datang dari arah timur,

"Mbiyen, dikubur morine nggur dibungkus godhong gedhang (dulu, dikubur, kain kafannya hanya dari daun pisang)", kenang mbah Haji Asmuni yang rumahnya ikut terkena tembakan canon, namun tidak roboh. Juga ayah beliau menjadi salah satu korban penembakan dalam peristiwa itu.

Posting Komentar