De Hoop Eiland, Novel Keempat Tetralogi De Winst
De Hoop Eiland adalah novel keempat dari Tetralogi De Winst yang ditulis Afifah Afra sejak 2008. Bagi yang mengikuti tetralogi ini sejak dari De Winst, De Liefde dan Da Conspiracao, pasti mengenal sepak terjang RM Rangga Puruhita, Sekar Prembayun, Everdine Spinoza dan beberapa tokoh lainnya, bukan?
Mengapa novel De Hoop Eiland begitu tebal? Sebab, ada 4 bagian yang menyatu jadi satu kesatuan plot pada novel ini. Bagian pertama, episode Sekar. Bab ini menceritakan bagaimana perjuangan Sekar menghadapi kesulitan di tanah asing, Jerman. Pada buku kedua, De Liefde, Afifah menceritakan bagaimana Sekar diculik para pemuda NAZI dan terdampar di Jerman yang saat itu mulai dikuasai oleh Hitler.
Bagian kedua, episode Everdine, Afifah mengambil setting Maldives. Selain Everdine, Afifah kembali ‘menghidupkan’ sosok Yudhistira yang berhasil menyelamatkan Everdine saat peristiwa pemberontakan di kapal De Zeven Provincien (baca buku De Liefde). Setelah terapung-apung di perairan, lalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya Everdine justru terdampar di Maladewa, atau Maldives, sebuah negara kepulauan di perairan Samudera Hindia, selatan India.
Bagian ketiga, menceritakan Rangga yang dibuang di pedalaman Papua, alias Boven Digoel. Ini mungkin bagian terseru, karena menceritakan banyak fakta-fakta sejarah dalam bungkus fiksi. Bagaimana Rangga berinteraksi tak hanya dengan sesama tahanan politik, tetapi juga warga asli yang masih primitif.
Nah, di bagian keempat, mereka bertemu di sebuah pulau: De Hoop Eiland. Pulau apakah ini? Dan mengapa bisa bertemu?
Bagaimana akhir kisah mereka? Dapatkan di novel setebal 696 halaman ini.
Mengapa novel De Hoop Eiland begitu tebal? Sebab, ada 4 bagian yang menyatu jadi satu kesatuan plot pada novel ini. Bagian pertama, episode Sekar. Bab ini menceritakan bagaimana perjuangan Sekar menghadapi kesulitan di tanah asing, Jerman. Pada buku kedua, De Liefde, Afifah menceritakan bagaimana Sekar diculik para pemuda NAZI dan terdampar di Jerman yang saat itu mulai dikuasai oleh Hitler.
Bagian kedua, episode Everdine, Afifah mengambil setting Maldives. Selain Everdine, Afifah kembali ‘menghidupkan’ sosok Yudhistira yang berhasil menyelamatkan Everdine saat peristiwa pemberontakan di kapal De Zeven Provincien (baca buku De Liefde). Setelah terapung-apung di perairan, lalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya Everdine justru terdampar di Maladewa, atau Maldives, sebuah negara kepulauan di perairan Samudera Hindia, selatan India.
Bagian ketiga, menceritakan Rangga yang dibuang di pedalaman Papua, alias Boven Digoel. Ini mungkin bagian terseru, karena menceritakan banyak fakta-fakta sejarah dalam bungkus fiksi. Bagaimana Rangga berinteraksi tak hanya dengan sesama tahanan politik, tetapi juga warga asli yang masih primitif.
Nah, di bagian keempat, mereka bertemu di sebuah pulau: De Hoop Eiland. Pulau apakah ini? Dan mengapa bisa bertemu?
Bagaimana akhir kisah mereka? Dapatkan di novel setebal 696 halaman ini.
Posting Komentar